Tuesday, December 6, 2016

Qa'is Bin Sa'd Bin Ubadah RA

Qa'is bin Sa'd bin Ubadah adalah putra dari salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan pemuka kaum Khazraj. Ayahnya, Sa'd bin Ubadah bin Dulaim telah memeluk Islam pada Ba'iatul Aqabah kedua. Ketika Nabi Muhammad SAW telah tinggal di Madinah, Sa'd membawa anaknya Qa'is kepada beliau untuk memeluk Islam kemudian ia berkata, "Ini adalah khadam (pelayan) anda, ya Rasulullah!!"

Nabi Muhammad SAW memandanginya cukup Lama, kemudian merangkul dan mendekatkannya kepada beliau. Setelah itu ia selalu mendapat tempat yang dekat dengan Rasulullah SAW. Anas bin Malik, seorang sahabat yang juga di serahkan ibunya, Ummu Sulaim untuk menjadi pelayan Rasulullah SAW, berkat kedekatan Qa'is tersebut, 'Kedudukan Qais bin Sa'd di sisi nabi Muhammad SAW, tak ubahnya sebagai ajudan/pengawal...'

Qa'is bin Sa'd mempunyai kedudukan yang mulia di kalangan kaumnya, sebagaimana kedudukan orang tuanya. Di dalam usia mudanya, ia tidak seperti layaknya pemuda lainnya, ia telah mewarisi sifat - sifat yang mulia dari keluarganya, terutama sifat kedewanan dan pemurah. Karena sifatnya ini, Abu Bakar dan Umat pernah memperbincangkannya, "Kalau kita biarkan pemuda ini dengan kedermawanan dan kedermawanannya, pastilah akan tandas (habis sama sekali) kekayaan orang tuanya...!!!"

Ketika pembicaraan tersebut sampai ke telinga Sa'd bin Ubadah, ia berkata, "Siapakah yang dapat membela/memberi hujjah diriku atas Abu Bakar dan Umar? Diajarkannya anakku bersikap kikir dengan memakai namaku..!"

Pernah suatu ketika Qa'is memberikan pinjaman kepada temannya dalam jumlah yang cukup besar. Pada hari yang telah di sepakati untuk membayar, temannya tersebut datang kepadanya untuk mengembalikan pinjamannya. Tetapi Qa'is menolaknya sambil berkata, "Kami tidak pernah menerima kembali, apa - apa yang telah kami berikan...!"

Ternyata sifat kedermawanan dan pemurah merupakan sifat turun temurun dari keluarga besarnya. Qais sendri sejak kecil tinggal bersama dengan kakek buyutnya, Dulaim bin Harits. Kakek buyutnya ni memiliki kebiasaan menyuruh orang berdiri di tempat ketinggian dan memanggil orang - orang untuk makan bersama mereka. Dan di malam harinya ia menyuruh seseorang untuk menyalakan api sebagai petunjuk untuk musafir dan pejalan malam lainnya, sekaligus mengundang mereka untuk makan malam di tempatnya. Dan hal itu sudah menjadi suatu pembicaraan umum, "Siapa yang ingin makan lemak dan daging, silahkan mampir ke perkampungan Dulaim bn Haritsah!"

Selain memiliki sifat dermawan dan pemurah, sifat yang menonjol dari Qa'is adalah kemampuannya untuk berdiplomasi dan menyusun suatu strategi, serta membuat tipu muslihat yang cukup lihai karena kecerdikannya. Sebelum Islam masuk Madinah, ia menjadi seorang yang di takuti karena kemampuannya tersebut. Siapa saja yang berkonflik dan bermasalah dengannya, pastilah ia akan terkalahkan. Tiada suatu kesulitan dan halangan yang menghadang langkahnya, pastilah ia mampu mencari jalan keluarnya.

Setelah memeluk Islam dan mendapat didikan langsung dari Nabi Muhammad SAW karena di serahkan orang tuanya untuk menjadi pelayan beliau, ia membuang jauh semua kebiasaannya tersebut, walau bukan berarti ia kehilangan kecerdikannya. Akan tetapi kecerdikannya saat itu di sempurnakan dengan sifat kebenaran dan kejujuran, tidak lagi di arahkan untuk kemenangan, kemegaha, keuntungan dan nilai duniawi semata - mata. Qa'is bin Sa'd pernah berkata tentang kemampuannya tersebut, "Kalau bukan karena Islam, saya sanggup membuat tipu muslihat yang tidak dapat di tandingi oleh orang Arab mana pun!"

Qa'is juga pernah berkata "Kalau tidaklah aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : Tipu daya dan muslihat licik itu di neraka, tentulah aku orang yang paling lihai di antara umat ini...!"

Seperti yang di katakan sahabat Anas bahwa Qa'is ini tak ubahnya adalah ajudan Nabi Muhammad SAW, maka ia tak pernah tertinggal dalam pertempuran bersama beliau, seperti halnya para sahabat beliau lainnya. Begitu juga dengan masa khalifah pengganti beliau, sehingga pada masa khalifah Ali bin Ab Thalib yang di warna oleh pertikaian dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Qa'is akhirnya memilih untuk berpihak kepada Ali karena ia melihatnya berada d jalan kebenaran.

Khalifah Ali sempat mengangkatnya sebagai gubernur dii Mesir, tetapi kemudian ia di copot dari jabatannya tersebut karena suatu fitnah. Tidaklah menjadi suatu masalah ia kehilangan jabatan, hanya saja kemudian ia tahu bahwa fitnah yang mengenai dirinya itu merupakan siasat dan muslihat dari muawiyah, sebagai pembalasan karena gagal menarik dirinya menjadi pendukungnya dan memilih berpihak kepada Ali. Bagi Muawiyah, letak geografis Mesir yang tidak jauh dari Syam, bisa membahayakan kedudukannya jika yang menjadi gubernurnya adalah Qa'is bin Sa'd, seorang yang cerdik, ahli strategi dan sangat lihat dalam tipu muslihat.

Sebenarnya sangat mudah bagi Qa'is jika ingin membalas Muawiyah dengan muslihat pula, tetapi ia tidak melakukannya. Ketika akhirnya pecah beberapa pertempuran, ia berdiri tegak membela Ali, bahkan ia menjadi pembawa panji bagi kaum Anshar yang berjuang dengan gagah berani tanpa takut mati. Perang Nahrawan, Perang Jamal dan Perang Shiffin semuanya di ikutinya.

Pada perang Shiffin, ia melihat dengan sangat jelasnya strategi dan muslihat Muawiyah yang cenderung menghalalkan segala cara. Karena itu ia sempat merancang strategi dan muslihat balasan untuk bisa membinasakan Muawiyah dan pengikut - pengikutnya. Ia berpikir bahwa semua itu di lakukan untuk membela Ali yang memang berada di jalan kebenaran. Tetapi tiba - tiba saja ia teringat akan firman Allah Surah Fathir ayat 43, "Dan tipu daya yang jahat itu akan kembali menimpa orang yang merancangnya sendiri..."

Qa'is tersentak kaget dan seketika sadar, di batalkannya semua rencana yang telah disusunnya, kemudian ia bertobat mohon ampunan Allah. Kemudian ia berkata, "Demi Allah, seandainya Muawiyah bisa mengalahkan kita dalam peperangan ini, kemenangannya itu bukan karena kepintarannya, tetapi hanyalah karena kesalehan dan ketaqwaan kita..."

Sumber: http://kisahsahabatnabimuhammadsaw.blogspot.co.id/

Baca Juga Kisah Sahabat Nabi :
Amr bin Anbasah RA
Utbah bin Ghazwan RA
Qabishah Bin Mukhariq RA
Seorang yang Menginginkan Berjihad
Si Badui yang Menghisab Allah SWT

No comments:

Post a Comment

Said Bin Zaid RA